KABUPATEN SABU - RAIJUA (SARAI)
"Jangan Lupa Berikan Komentar
Serta Masukan Yang Membangun "



Lahan Sawah Diganti Lahan Kangkung

SEBA,- Setelah dilanda gagal panen pada musim tanam lalu, masyarakat Kelurahan Limaggu dan beberapa desa tetangga seperti Kelurahan Bolou, Desa Huwaga dan Desa Loborai mulai alih profesi dari petani padi sawah menjadi petani sayur kangkung.

Untuk Kecamatan Sabu Timur, wilayah lahan basah yang terbesar berada di Keluharan Limaggu dengan sumber mata air dari Eimada Beo, Ei Kebali dan Tano sehingga warga desa tetangga yang memiliki lahan basah di Limaggu beramai-ramai mengerjakan lahan mereka.

Lahan yang dulu dijadikan lahan padi sawah untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka kini sudah disulap sebagiannya untuk menanam sayur kankung. Sebab, secara ekonomis lahan kangkung lebih cepat menghasilkan uang dibanding dengan padi.

Salah satu petani sayur kangkung asal Kelurahan Bolou, Mikael Kale Lena yang di temui di Lika Kelurahan Limaggu pekan silam mengatakan, kecenderungan petani beralih dari tanam padi sawah ke tanam sayur kangkung tidak lain karena desakan kebutuhan ekonomi. Sebab, setelah gagal panen dilahan kering yang mengandalkan curah hujan gagal, maka tidak ada pilihan lain selain mencoba pekerjaan lain selain menjadi petani sawah.

“Jadi kita mencoba untuk memisahkan sebagian lahan kita untuk ditanami sayur kangkung dan sebagiannya ditanami padi sawah. Setelah kita coba, ternyata sayur kangkung juga cukup laku karena memang untuk sayur jenis lain seperti sayur putih atau kacang panjang serta tomat untuk daerah sini tidak ada yang menanam. Sehingga, warga mau tidak mau hanya bisa membeli sayur kangkung sebagai kebutuhan sehari-hari mereka. Ini yang kita rasa untung,” ungkap Mikael.

Dikatakan, untuk tanaman sayur kangkung, para petani hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk memanen sayurnya, sementara kalau menanam padi mereka membutuhkan watu tiga hingga empat bulan. Itupun belum dijamin apakah bisa berproduksi secara maksimal. Sebab, selain petani kesulitan pupuk, lahan padi sawah juga sangat rentan akan serangan hama, baik hama wereng maupun hama tikus.

“Kalau selama ini kita tanam padi, kita tidak tahu berapa hasilnya. Untung-untungan kalau hasilnya lumayan. Itu juga kita sudah maksimal dengan pupuk dan obat. Belum lagi serangan tikus atau burung pipit yang datang ketika padi mulai berbuah. Jadi, waktunya sudah lama belum tentu kita menuai hasil yang baik.

Sementara kalau kita tanam kangkung, hamanya tidak ada, pupuk juga tidak kita pakai pupuk kimia seperti urea, tapi kita cukup menyiramnya dengan abu dari dapur sebagai pengganti pupuk pada saat kita menanam. Kalau bibit juga tidak perlu kita butuh berkali-kali cukup sekali tanam, maka itu sudah bisa menjadi bibit untuk beberapa bulan. Karena sayur kangkung ini kita cukup memotong rata saja saat kita panen, maka sayur itu akan tumbuh subur lagi dengan sisa akar yang kita tinggalkan,” urai Mikael.

Soal penghasilan ungkap Mikael, cukup untuk menenuhi kebutuhan baik untuk membeli beras atau membeli kebutuhan lain serta kebutuhan sekolah anak. Sebab, rata-rata penghasilan sehari bisa mencapai Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.

Mikael berharap agar pemerintah Sabu Raijua bisa memberikan bantuan kepada mereka, baik itu bibit sayur kangkung atau pendampingan dari PPL, sehingga petani bisa dibimbing dengan baik bagaimana cara bertani sayur dengan benar.


0 komentar to " Lahan Sawah Diganti Lahan Kangkung "

Posting Komentar

Syalom !!

Mudah - mudahan blog ini bermanfaat untuk anda, dalam menambah wawasan dan pengetahuan seputar Kabupaten Sabu-Raijua (SARAI)

Click Here To Visit The Facebook Page

SARAI Friend's

Entri Populer

About This Blog

free counters

Page Views

Web hosting for webmasters