Badai Hancurkan Perahu di Sabu

Kerugian Mencapai Rp 80 Juta

SEBA,- Hujan yang disertai angin kencang, Jumat (30/4) malam lalu di Kecamatan Sabu Timur meluluhlantakan satu perahu dan satu lampara milik nelayan setempat.

Kedua perahu naas itu hancur berkeping-keping akibat hantaman ombak yang disertai angin yang cukup kencang. Salah satu nelayan yang juga pemilik lampara, Erik Mira Dida yang ditemui di pantai Biu Keluharan Limaggu, Sabtu (1/5) kepada Timor Express mengatakan, kejadian naas yang menimpa perahunya tidak pernah disangka sebelumnya.

Sebab, Jumat siang dia masih turun ke laut untuk membersihkan perahunya, karena akan berangkat ke Seba Sabu Barat, Sabtu (1/5). Namun ketika malam harinya, angin kecang disertai hujan tiba-tiba datang dan menghancurkan perahu miliknya.

“Jadi kejadiannya saya juga sonde sangka bisa begini. Karena Jumat siang saya masih datang kasih bersih lumut di badan perahu dengan tujuan saya mau berangkat Seba hari Sabtu. Saya mau bawa perahu kesana karena memang sudah ada tanda angin timur mau datang, beta masih sempat pasang tiga jangkar sekaligus yaitu satunya lurus dari laut, satu di bagian selatan dan satu dari arah tenggara saya ikat di dermaga.

Tapi malamnya angin datang terlalu kecang sehingga jangkar yang saya pasang terlepas dan perahu terbawa ombak dan menghancurkannya sampai berkeping-keping,” jelas Erik berkaca-kaca.

Ditanya soal kerugian yang dialaminya, Erik menaksir sekitar Rp 80 juta, dihitung dari baiaya perahu serta sebagian pukat yang hilang di bawa ombak. Sementara, mesin perahu masih tetap ada dan bisa diselamatkan walaupun sudah dalam keadaan rusak. Sehingga, harta miliknya yang hilang hanya perahu yang hancur, sebagian pukat dan alat perlengkapan pada saat melaut.

”Kalau mesin dan semua pukat hilang kerugianya pasti cukup besar dan bisa mencapai ratusan juta, Ama. Tapi karena beta pung mesin masih bisa selamat walaupun su rusak ketong masih bisa kasih bae, baru beta pung sebagian pukat ju hilang jadi beta rugi kira-kira Rp 80 juta lebih Ama,” tambah Erik.

Dikatakan, yang membuat dirinya sedikit terhibur atas kejadian yang menimpanya adalah dukungan warga setempat dalam membantunya menggali bangkai perahu yang sudah tenggelam di dalam pasir. Masyarakat datang setelah mengetahui perahu lampara miliknya hancur dan tertibun pasir.

Bantuan itu juga datang dari Camat Sabu Timur, Simon Mone Heme yang datang sendiri dengan membawa lampu petromax dan turut menggali bangkai perahu bersama warga, sehingga sebagaian pukat dan mesin perahu yang masih melengket dengan badan perahu yang sudah hancur bisa diangkat untuk diselamatkan.

“Beta sangat berterimaksih dengan sodara dong yang datang bantu beta sehingga beta terhibur, terutama bapak Camat Sabu Timur, Simon Mone Heme dengan bapak Minggus Dali mantan Lurah Bolou, bapak tua dong datang ko bawa lampu gas baru iko gali dengan ketong. Beta hanya bisa bilang terimaksih sa,” ungkap Erik.

Erik tetap berharap agar Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua bisa melihat apa yang menimpanya dengan memberi bantuan supaya dia bisa kembali melaut. Sebab, selain dirinya dan keluarga yang bergantung hidup pada perahu lampara, banyak warga yang juga ikut melaut dan hasilnya dibagi bersama, sehingga bisa menolong orang lain.

“Beta harap bapak-bapak yang ada di pemerintah Sabu na bisa liat beta pung susah ko bisa bantu sedikit na supaya beta bisa cari ikan lai. Karena ini lampara satu-satunya yang ada di Sabu Timur. Mudah-mudahan apa yang beta rasa na bapak pemerintah dong bisa liat ko dong bisa bantu,” harap Erik.

Erik bercerita, perahu miliknya pernah menolong orang yang kapalnya tenggelam di laut Sabu. Waktu itu dua orang bisa diselamatkan, tapi satunya meninggal di dalam laut, itulah kesan yang tidak terlupakan bersama lamparanya.