Dua anak remaja yang bersahabat sangat akrab. Mereka sekolah dari Taman Kanak-Kanak sampai lulus SMA. Pada waktu Remaja, mereka mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani. Pada waktu itu Firman Tuhan diberitakan begitu jelas sekali, bagaimana Allah mengasihi manusia sampai DIA rela menderita bahkan mati di atas kayu salib. Setiap orang yang percaya ditebus dan diselamatkan menjadi anak-anak Allah yang dikasihi-Nya. Kita menjadi kawanan domba Allah dan Allah menjadi Gembala Agung kita. Maka sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk menjadi rekan kerja Allah.
Banyak orang yang belum mendengarkan berita anugerah keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Siapakah diantara anak-anak yang bersedia menjadi seorang hamba Tuhan yang membawa berita Injil kepada semua orang? Pertanyaan itu sangat mendebarkan salah satu hati anak remaja itu. Dengan spontan dia berdiri dan mengatakan “Tuhan ini aku utuslah aku”. Jiwanya begitu hancur ketika mendengar masih banyak jiwa-jiwa yang belum menerima berita anugerah keselamatan Allah. Sedangkan sahabatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat keputusan yang diambil sahabatnya. Dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu. Padahal mereka berjanji setelah lulus SMA akan mengambil bidang bisnis…
Waktu terus berjalan dengan cepat. Mereka berpisah karena masing-masing mengambil studi lanjutan yang berbeda; satu ke urusan bisnis dan yang satu ke sekolah teologia. Sekolah dan tempat kerja memisahkan mereka, yang dulunya sahabat akrab. Bahkan sampai kematian, membuat mereka lebih tidak bisa bertemu lagi. Berita kematiannya membuat rekan bisnisnya begitu terpukul sekali. Pada saat kebaktian pemakaman, sahabatnya dibawa dari luar negeri menuju ke kampung halamannya.
Bukan itu saja, jenasahnya disemayamkan di sebuah Gereja yang paling besar di kota itu. Ribuan orang ikut merasakan duka atas kepergian hamba-Nya yang setia, bahkan bukan saja ribuan tetapi jutaan orang, karena seluruh dunia merasa duka atas kembalinya seorang hamba Tuhan yang setia melayani mengabarkan Injil. Sahabatnya begitu berduka, dia menangis begitu rupa, sampai semua orang heran. Ada apa dengan bapak ini? Apakah sama-sama sebagai seorang penginjil? Setelah ditanya, ternyata bukan! Justru dia sangat kecewa dengan waktu yang berjalan begitu cepat, tetapi dia belum berbuat apa-apa untuk Tuhan. Seperti Pemazmur berkata: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Maz. 90:12. Amin.
suport by glorianet
//
Label:
Motivasi dan Renungan
//
0
komentar
//
0 komentar to " Waktu Yang Cepat Berlalu "
Syalom !!
Mudah - mudahan blog ini bermanfaat untuk anda, dalam menambah wawasan dan pengetahuan seputar Kabupaten Sabu-Raijua (SARAI)
Click Here To Visit The Facebook Page
Click Here To Visit The Facebook Page
SARAI Friend's
Entri Populer
-
KM Express Cantika 77 Melayani Warga Sabu Raijua Masyarakat Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) mendapat tambahan pelayanan dari satu a...
-
MENIA (SARAI), - Perjudian yang dilakukan masyarakat di Desa Lederaga Kecamatan Hawu Mehara sudah sangat meresahkan, sehingga perlu perhati...
-
PDAM Menia Mubazir SEBA, Keberadaan PDAM Menia Kecamatan Sabu Barat yang kini tidak berfungsi, membuat warga Menia dan sekitarnya kesulita...
-
SARAI, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sabu Raijua terhitung, Selasa 23 November besok akan membuka pendaftaran formasi bagi CPNSD tahun 2010....
-
Tuhan memberi Pelangi di setiap air mata.. Alunan merdu di setiap helaan nafas.. Berkat di setiap cobaan.. Dan jawaban indah di setiap do...
Posting Komentar